[TUGAS 3 DIKPUS 2021]
Moch Nabil Farras D
16020147
FMIPA - MA'20
74
Teknologi. Suatu entitas yang membuat segala hal yang sebelumnya hanya ada di dalam akal pikiran manusia, berubah menjadi kenyataan. Seandainya kita dipertemukan dengan manusia pada abad ke-10 dan berkesempatan untuk berdialog dengan mereka secara langsung, dan lantas kita mengatakan bahwa saat ini manusia di ujung utara bumi dapat berkomunikasi dengan manusia di ujung selatan bumi, mungkin ia berpikir bahwa manusia pada zaman kita memiliki kemampuan telepati yang luar biasa. Nampaknya tidak mungkin terpikirkan oleh mereka bahwa terdapat suatu alat berukuran 15 cm x 7 cm dapat membuat hal tersebut terjadi. Namun, begitulah kenyataannya pada era 4.0 ini. Hampir segala sesuatu yang dahulu kita kira mustahil sudah dapat kita lihat di depan kepala mata kita sendiri.
Sekilas, hal tersebut mungkin membuat mereka, manusia pada abad yang lalu, berpikir bahwa dunia saat ini sangat tentram. Jauh dari kata perpecahan, pemberontakan, pertikaian, dan justru penuh dengan kebahagiaan dan keharmonisan. Akan tetapi benarkah demikian? Apakah benar di zaman yang kita hidupi saat ini, semua orang sudah hidup bahagia? Harmonis? Sejahtera? Tidak perlu seorang yang berpendidikan tinggi untuk dapat menjawab pertanyaan itu. Teknologi yang pada awalnya diciptakan untuk menaikan taraf hidup umat manusia, justru menjadi pedang bermata dua yang dapat membahayakan penggunanya serta lingkungan di sekitarnya, entah sengaja atau tidak. Memang betul bahwa dengan teknologi, batasan ruang dan waktu nampaknya sudah tidak lagi relevan untuk berkomunikasi. Namun, justru karena batasan tersebut hilang, dapat muncul hal-hal yang jauh lebih mengerikan. Scam, hoax, dan phising sudah menjadi hal yang lumrah untuk ditemui belakangan ini. Teknologi yang pada awalnya kita gunakan untuk berkomunikasi dan bertukar kabar dengan kerabat yang jauh dari jangkauan, justru digunakan sebagai wadah untuk aksi penipuan massal. Seringkali ditemukan berita di televisi mengenai kabar penyebaran informasi palsu yang meresahkan masyarakat, laporan mengenai informasi identitasnya dicuri pihak tak bertanggung jawab, dan lain-lain. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka seiring dengan berkembangnya teknologi, hal-hal yang tidak diinginkan dan jauh lebih mengerikan pun akan terjadi,
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu aksi secepatnya untuk mencegah, atau setidaknya mengurangi dampak negatif dari perkembangan teknologi. Tentu, ini tidak mungkin dilakukan kecuali aksi tersebut dilakukan secara massal, terkoordinir, dan efisien. Setiap orang harus menyadari bahwa setiap dari mereka memiliki suatu peran yang penting dalam hal ini, termasuk mahasiswa. Sebagai seseorang yang sudah diberikan kesempatan untuk menggali ilmu lebih jauh, tentu sudah merupakan kewajiban kita untuk mengaplikasikan ilmu yang kita dapat dan berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Dan salah satunya adalah dengan ikut andil dalam mengatasi hal ini. Kita dapat memulai dengan hal-hal yang sederhana dalam lingkup mikro, yakni dengan memastikan bahwa kita sendiri sudah tidak termakan scam, hoax, dan phising. Jika itu sudah clear, selanjutnya kita coba memperluas ruang lingkup kita dengan menginformasikan kepada keluarga kita mengenai apa itu scam, hoax, dan phising, contohnya, bahayanya, dan apa saja yang harus kita lakukan manakala kita mendapatkan teks demikian. Kemudian, setelah itu kita coba mengajak keluarga kita untuk menyebarkan informasi mengenai hal tersebut kepada kerabat-kerabat terdekat mereka. Jika hal tersebut dilaksanakan secara benar dan terkontrol, saya yakin dampak negatif dari perkembangan teknologi dapat diminimalisir. Dan pada Indonesia Emas 2045, kita sudah dapat sepenuhnya terbebas dari hal-hal tersebut.
#TantanganMasDep
#KATITB2021